Di Indonesia, jagung bukan hanya sekadar bahan pangan pokok, tetapi juga berfungsi sebagai sumber pakan ternak dan bahan baku industri. Akan tetapi, produksi jagung sering dihadapkan pada berbagai tantangan serius, salah satunya adalah serangan hama dan penyakit yang dapat menyebabkan petani mengalami gagal panen serta kerugian ekonomi yang signifikan.
Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang hama dan penyakit jagung, serta cara-cara untuk mengendalikannya dan pencegahannya, sangat penting bagi para petani. Sayangnya, penerapan metode pengendalian dan pencegahan tersebut tidak selalu berjalan dengan mudah. Petani jagung sering kali dihadapkan pada kendala, seperti keterbatasan akses informasi, biaya yang tinggi, serta kurangnya pengetahuan teknis.
Namun, Anda tidak perlu khawatir, karena artikel ini akan membantu Anda mengenal berbagai hama dan penyakit jagung, serta memberikan solusi pengendalian dan pencegahan yang mudah dan terjangkau untuk diimplementasikan. Dengan informasi ini, diharapkan Anda dapat memperoleh hasil panen yang optimal dan melimpah.
10 Hama Penyakit Umum yang Menyerang Tanaman Jagung
Tanaman jagung rentan terhadap berbagai hama dan penyakit yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasilnya. Meskipun ragamnya cukup beragam, sebagian besar gejala yang ditimbulkan dapat dengan mudah diamati secara langsung. Berikut adalah beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman jagung.
Penggerek Batang

Penggerek batang, yang dikenal dengan nama ilmiah Ostrinia furnacalis, merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman jagung. Larva hama ini menggerogoti bagian dalam batang jagung, sehingga batangnya menjadi rapuh dan rentan terhadap patah.
Tidak hanya itu, penggerek batang juga dapat menyerang tongkol jagung, yang berpotensi menurunkan kualitas dan kuantitas biji jagung yang dihasilkan. Ciri-ciri serangan hama ini biasanya ditandai dengan adanya lubang kecil pada batang dan sisa kotoran larva di sekelilingnya.
Ulat Grayak
Spodoptera frugiperda dan Spodoptera litura adalah dua jenis ulat grayak yang sering menyerang tanaman jagung. Ulat ini aktif pada malam hari dan cenderung bersembunyi di dalam tanaman atau di bawah tanah saat siang. Larva ulat grayak dapat merusak daun, batang, dan tongkol jagung, yang berpotensi menyebabkan kerusakan serius hingga kematian tanaman.
Mereka mampu menghabiskan daun hingga hanya menyisakan tulangnya, sehingga tanaman jagung tidak dapat melakukan fotosintesis dengan baik dan akhirnya mati. Selain itu, serangan ulat grayak juga meninggalkan serbuk gergaji yang dapat ditemukan di bagian tanaman yang terinfeksi.
Lalat Bibit
Lalat bibit, yang dikenal dengan nama ilmiah Atherigona exigua, merupakan hama yang mengincar tanaman jagung pada fase awal pertumbuhannya. Hama ini biasanya meletakkan telurnya di bawah daun atau pada batang yang terletak dekat dengan tanah.
Setelah telur menetas, larva yang dihasilkan mulai menyerang bibit jagung dengan cara menggerek ke dalam batang muda hingga mencapai bagian titik tumbuh tanaman. Serangan dari larva lalat bibit ini menyebabkan batang jagung berlubang hingga ke pangkalnya, yang berujung pada menguningnya dan membusuknya tanaman jagung tersebut.
Ulat Tongkol
Ulat tongkol adalah hama penggerek batang yang menyerang tanaman jagung yang berusia antara 45 hingga 56 hari setelah tanam (HST). Hama ini, yang dikenal dengan nama ilmiah Helicoverpa armigera, meletakkan telurnya di rambut tongkol jagung.
Begitu larva menetas dari telur tersebut, mereka akan mulai menyerang tongkol jagung dengan cara memakan biji-biji yang sedang berkembang. Akibat serangan ini, gejala yang muncul adalah adanya lubang pada tongkol serta kerusakan pada biji jagung yang juga terlihat berlubang.
Ulat Tanah
Ulat tanah, yang dikenal dengan nama ilmiah Agrotis ipsilon, merupakan hama yang aktif menyerang tanaman jagung pada malam hari. Hama ini memiliki kebiasaan merusak batang tanaman muda dengan memotongnya hingga rata dengan permukaan tanah. Selama siang hari, ulat tanah bersembunyi di dalam tanah, membuatnya sulit untuk terdeteksi.

Biasanya, ulat tanah menyerang batang tanaman yang berusia antara 7 hingga 21 hari setelah tanam (HST). Kerusakan yang ditimbulkannya dapat mengakibatkan kematian tanaman jagung atau menghambat pertumbuhannya, akibat batang yang patah.
Belalang
Belalang merupakan hama yang dapat merusak tanaman jagung dengan cara memakan daun dan bagian lain dari tanaman. Kerusakan yang ditimbulkan oleh belalang dapat mengganggu proses fotosintesis, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Dalam kasus serangan yang parah, belalang dapat menyebabkan kerugian yang signifikan terhadap hasil panen.
Kutu Daun
Kutu daun, atau Myzus persicae, adalah spesies hama yang sering menganggu tanaman jagung. Ukurannya sangat kecil dan biasanya memiliki warna yang bervariasi, mulai dari putih, hijau, hingga kehitaman. Hama ini menyerang tanaman jagung dengan cara mengisap cairan dari daun, batang, dan bagian lainnya.
Serangan kutu daun dapat menyebabkan berbagai masalah pada tanaman jagung. Daun yang terinfeksi akan berubah warna menjadi kuning, mengerut, dan pada akhirnya dapat mati. Selain itu, kutu daun juga dapat berperan sebagai vektor dalam penyebaran penyakit virus mosaik, yang dapat menambah kerugian bagi petani jagung.
Bulai
Penyakit bulai disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis, yang menyebar melalui spora yang dibawa oleh udara. Penyebaran penyakit ini lebih mudah terjadi dalam kondisi lingkungan yang lembap dan hangat, terutama selama musim hujan atau di wilayah dengan irigasi yang berlebihan.
Gejala penyakit ini ditandai dengan munculnya garis-garis sejajar berwarna putih, kuning, hingga coklat pada tulang daun tanaman jagung, yang dikenal sebagai bercak klorotik. Selain itu, bercak ini juga dapat muncul pada biji jagung, menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan berisiko cepat mati.
Hawar Daun Jagung
Penyakit hawar daun jagung disebabkan oleh jamur Helminthosporium turcicum. Jamur ini mengakibatkan munculnya bercak kecil atau jorong berwarna hijau tua atau hijau keabu-abuan yang lembap. Seiring waktu, bercak tersebut akan berubah menjadi kecoklatan dan membesar, menyerupai bentuk perahu dengan panjang antara 5 hingga 10 cm dan lebar 5 hingga 15 cm.
Akibatnya, daun jagung mengalami kerusakan, menjadi layu, kering seolah-olah terbakar, dan akhirnya gugur. Dampak dari kondisi ini adalah terganggunya proses fotosintesis, sehingga pertumbuhan tanaman pun menjadi terhambat.
Busuk Pelepah
Busuk Pelepah adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur Rhizoctonia zeae. Jamur ini menyebabkan munculnya bercak-bercak berwarna salmon pada permukaan pelepah. Seiring waktu, bercak tersebut akan berubah menjadi abu-abu dan meluas, disertai dengan munculnya sklerotia yang tampak seperti cipratan tanah berwarna kecoklatan, yang pada akhirnya menyebabkan kebusukan.
Panduan Pengendalian Hama Penyakit Jagung

Ketika Anda mendeteksi gejala hama atau penyakit pada tanaman jagung, penting untuk segera mengambil langkah pengendalian. Tindakan cepat ini akan membantu mencegah penularan kepada tanaman jagung lainnya yang masih sehat. Berikut ini adalah panduan lengkap untuk mengendalikan hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman jagung.
Penggerek Batang
Penggerek batang merupakan hama yang dapat dikendalikan melalui beberapa cara efektif. Untuk mencegah serangan hama ini, Anda dapat melakukan rotasi tanam, menerapkan sistem tumpang sari, serta menentukan waktu tanam yang tepat. Penting juga untuk menjaga sanitasi lingkungan di sekitar lahan pertanian.
Selain itu, memanfaatkan musuh alami dari penggerek batang, seperti serangga dari ordo Coleoptera, laba-laba dari ordo Arachnida, dan Dermaptera, bisa menjadi solusi yang baik. Jika diperlukan, Anda juga dapat menggunakan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Ulat Grayak
Hama ulat grayak dapat dikelola dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid Trichogramma sp, Apanteles sp. , serta Telenomus romawi. Selain itu, Anda juga bisa melakukan pengendalian secara mekanis dengan mengambil dan memusnahkan pupa serta larva yang menyerang tanaman.
Apabila serangan sudah sangat parah, langkah yang dapat diambil adalah membakar tanaman yang terinfeksi atau menggunakan insektisida yang efektif sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Untuk menghindari masalah resistensi tanaman terhadap bahan kimia, sebaiknya gunakan insektisida alami.
Lalat Bibit
Untuk mengendalikan hama lalat bibit, sebaiknya pilih varietas jagung yang tahan terhadap hama dan penyakit. Selain itu, penerapan mulsa di atas lubang tanam dapat efektif untuk menghambat peletakan telur lalat. Waktu penanaman jagung yang ideal adalah pada awal musim hujan atau 1-4 minggu setelah terjadinya hujan pertama.
Pengendalian juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami lalat bibit, seperti parasitoid Trichogramma spp. Sebagai alternatif terakhir, penggunaan insektisida organik yang ramah lingkungan sangat disarankan untuk menjaga ekosistem tetap seimbang.
Ulat Tongkol
Ulat tongkol, yang juga dikenal sebagai penggerek tongkol, dapat dikendalikan melalui beberapa cara. Salah satunya adalah dengan pengolahan tanah yang baik, serta menerapkan pergiliran tanaman. Anda juga bisa memanfaatkan musuh alami ulat tongkol, seperti Trichogramma spp. Selain itu, penting untuk melakukan pengendalian dengan memusnahkan larva dan pupa secara manual, atau mengaplikasikan insektisida sesuai dengan dosis yang tepat.
Ulat Tanah
Pendekatan untuk mengendalikan hama ulat tanah bisa dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan mengumpulkan dan memusnahkan hama tersebut setiap sore. Selain itu, pengolahan tanah serta penggunaan plastik mulsa juga dapat menjadi solusi yang efektif.
Jika cara-cara tersebut masih belum memadai, Anda bisa mempertimbangkan penggunaan nematoda entomopatogen atau parasitoid. Sebagai alternatif, penerapan insektisida yang mengandung bahan aktif seperti chlorpyrifos atau carbaryl di area sekitar tanaman bisa dilakukan. Namun, jika Anda ingin menghindari risiko resistensi terhadap bahan kimia, Anda dapat memilih untuk menggunakan insektisida alami.
Belalang

Serangan hama belalang dapat diatasi dengan beberapa cara, antara lain melalui pemusnahan secara manual atau dengan memanfaatkan musuh alami seperti laba-laba dan burung penghisap serangga. Selain itu, penggunaan insektisida yang mengandung bahan aktif seperti klorpirifos, profenofos, betasiflutrin, dan sipermetrin juga dapat dilakukan, dengan memperhatikan dosis yang tepat.
Kutu Daun
Kutu daun yang menyerang tanaman jagung dapat diatasi dengan beberapa cara sederhana. Salah satunya adalah menyemprotkan air untuk mengeluarkan kutu dari tanaman dan memangkas daun-daun yang terinfeksi. Selain itu, Anda juga bisa memanfaatkan predator alami seperti kumbang koksi (ladybugs) dan lacewings. Alternatif lainnya adalah dengan mengaplikasikan insektisida yang mengandung bahan aktif imidacloprid atau acetamiprid.
Bulai
Penyakit bulai dapat dikelola dengan menanam varietas yang tahan, sehingga mengurangi risiko serangan. Selain itu, disarankan untuk melakukan penanaman secara serentak dan menggilir tanaman dengan varietas lain selain jagung. Penanganan yang lebih efektif juga dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida metalaksil.
Hawar Daun Jagung
Penyakit hawar daun jagung dapat diatasi dengan menanam varietas yang tahan terhadap hawar dan melaksanakan penanaman serempak pada musim kemarau. Apabila penyakit ini masih terus menyerang, disarankan untuk menggunakan fungisida sistemik.
Busuk Pelepah
Penyakit busuk pelepah dapat diatasi melalui beberapa langkah penting, seperti sanitasi lahan dan peralatan pertanian, penanaman varietas jagung yang tahan, serta melakukan penanaman di awal musim kemarau. Selain itu, penggunaan Trichoderma harzianum juga bisa diterapkan untuk menekan serangan penyakit ini.
Dalam mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman jagung, diperlukan kesabaran dan ketekunan. Jika serangan hama atau penyakit masih terjadi, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan ahli atau melakukan evaluasi untuk menemukan metode pengendalian yang lebih efektif.