Di antara berbagai jenis rumput, rumput odot dan rumput gajah sering kali menjadi pilihan utama sebagai pakan ternak berkat kandungan nutrisinya yang tinggi. Namun, ada perbedaan antara rumput odot dan rumput gajah yang dapat mempengaruhi produktivitas serta kesehatan ternak.

Rumput odot dan rumput gajah adalah dua jenis rumput yang sangat populer digunakan sebagai pakan ternak, khususnya untuk ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba. Masing-masing dari kedua jenis rumput ini memiliki karakteristik dan keunggulan tersendiri, menjadikannya pilihan favorit bagi banyak peternak.

Dengan memahami perbedaan antara rumput odot dan rumput gajah, para peternak dapat membuat keputusan yang lebih informasional dan strategis. Hal ini penting untuk memastikan ternak mereka mendapatkan pakan berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan spesifik.

Pemilihan jenis rumput yang tepat berdampak signifikan tidak hanya pada kesehatan dan produktivitas ternak, tetapi juga pada efisiensi operasional peternakan. Oleh karena itu, kami akan membahas lebih mendalam mengenai perbedaan antara rumput odot dan rumput gajah, sehingga peternak dapat memilih pilihan terbaik untuk hewan ternak mereka.

Mengenal Rumput Odot dan Rumput Gajah

Sebelum menjelajahi perbedaan antara rumput odot dan rumput gajah, penting untuk memahami masing-masing rumput tersebut secara umum. Kedua jenis rumput ini memiliki kesamaan, meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda.

Rumput Odot

Rumput Odot

Rumput Odot, atau yang dikenal sebagai Pennisetum purpureum cv. Mott, merupakan salah satu varietas dari rumput Gajah. Ciri khasnya adalah pertumbuhannya yang cepat serta produktivitas biomassa yang sangat tinggi, menjadikannya pilihan yang sempurna bagi para peternak yang membutuhkan pakan dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

Awalnya, rumput odot dikembangkan di Florida dan kemudian menyebar ke berbagai negara seperti Jepang, Thailand, hingga akhirnya tiba di Indonesia pada tahun 2004. Di tanah air, rumput ini mendapat sambutan positif dari Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan.

Rumput Gajah

Rumput Gajah, yang juga dikenal dengan nama ilmiah Pennisetum purpureum, adalah jenis rumput yang sangat dikenal karena ukurannya yang besar dan tinggi, serta kemampuannya untuk menghasilkan biomassa dalam jumlah yang sangat melimpah. Rumput ini banyak dibudidayakan dan berasal dari Afrika, sebelum akhirnya diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1926.

Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, kedua jenis rumput ini rumput odot dan rumput gajah memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Perbedaan tersebut bahkan dapat dilihat dengan jelas hanya dengan menggunakan mata telanjang, salah satunya adalah ukuran fisik keduanya yang berbeda.

9 Perbedaan antara Rumput Odot dan Rumput Gajah

Perbedaan antara rumput odot dan rumput gajah tidak hanya terletak pada karakteristik fisiknya, melainkan juga mencakup kandungan nutrisi, metode budidaya, hasil panen, hingga toleransi terhadap lingkungan. Berikut ini adalah beberapa perbedaan utama antara kedua jenis rumput tersebut.

Tinggi Rumput

Salah satu perbedaan paling mencolok antara rumput odot dan rumput gajah terletak pada tinggi pertumbuhannya. Rumput odot dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian antara 1 hingga 1,25 meter, sedangkan rumput gajah memiliki kemampuan tumbuh yang jauh lebih tinggi, yaitu berkisar antara 3 hingga 4,5 meter. Menariknya, rumput gajah bahkan dapat mencapai ketinggian hingga 7 meter dengan akar yang dapat menjangkau kedalaman mencapai 4,5 meter.

Kandungan

Kandungan rumput odot memiliki kadar protein kasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah. Rata-rata, rumput odot mengandung antara 14,67% hingga 23,51% protein kasar, sementara rumput gajah hanya memiliki kandungan protein kasar sekitar 8% hingga 10%.

Cara Budidaya

Budidaya rumput odot dan rumput gajah memiliki metode yang berbeda. Rumput odot biasanya diperbanyak dengan cara stek atau dengan teknik polling, yaitu memecah rumpun. Bagian yang digunakan untuk stek adalah batang tua yang sehat dengan panjang sekitar 20-25 cm. Di sisi lain, rumput gajah berkembang biak melalui rhizoma, yang berfungsi untuk membentuk rumpun atau tunas baru.

Hasil Panen

Rumput Gajah

Di lahan seluas 1 meter persegi, rumput odot mampu menghasilkan 36 kg per hektare setiap tahunnya. Di sisi lain, rumput gajah hanya dapat menghasilkan 29,5 kg per hektare per tahun.

Bagian yang Bisa Dimakan

Salah satu perbedaan antara kedua jenis rumput ini terletak pada bagian yang dapat dikonsumsi oleh sapi. Rumput odot dapat dimakan secara utuh, semua bagiannya dapat dinikmati. Sementara itu, pada rumput gajah, hanya sekitar 60-70 persen dari seluruh bagian yang dapat dimakan oleh sapi.

Klasifikasi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, rumput odot dan rumput gajah berada dalam genus dan famili yang sama, namun termasuk dalam spesies yang berbeda. Rumput odot dikenal dengan spesies Pennisetum purpureum cv. Mott, sementara rumput gajah tergolong dalam spesies Pennisetum purpureum Schumach.

Karakteristik

Rumput odot memiliki ciri khas yang membedakannya dari rumput sejenis lainnya. Batangnya pendek tetapi teksturnya sama empuknya dengan daunnya. Di sisi lain, rumput gajah memiliki batang yang lebih tinggi dan tebal, serta permukaan daun yang berbulu pendek dengan ujung yang runcing.

Toleransi Lingkungan

Rumput odot memiliki kemampuan untuk tumbuh di berbagai lokasi, membutuhkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, dan mampu bertahan dalam berbagai kondisi cuaca. Di sisi lain, rumput gajah dapat berkembang di tanah yang kurang subur dan dalam kondisi cuaca yang kering. Meskipun demikian, rumput gajah memiliki kemampuan untuk memperbaiki kondisi tanah yang terdegradasi akibat erosi, tetapi tidak tahan terhadap genangan air.

Kegunaan

Rumput odot sangat ideal bagi peternak yang berfokus pada produksi susu dan daging, berkat kandungan protein yang tinggi yang mendukung pertumbuhan serta produksi ternak secara optimal. Rumput ini cocok untuk diterapkan dalam sistem intensifikasi pakan di lahan subur.

Di sisi lain, rumput gajah lebih sesuai untuk sistem peternakan yang memerlukan pakan dalam jumlah besar, meskipun tidak terlalu memperhatikan kandungan protein yang tinggi. Rumput ini merupakan pilihan yang baik untuk lahan marginal atau di daerah dengan curah hujan rendah.