Ketika Anda mulai berbisnis budidaya tebu, Anda pasti juga akan mempelajari cara merawat tebu dengan benar. Salah satu hal yang perlu diketahui adalah mengenali berbagai jenis penyakit yang dapat menyerang tanaman tebu agar Anda siap untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut.
Namun, jika pengetahuan Anda terbatas, Anda dapat menemukan informasi tentang berbagai penyakit tebu dalam artikel ini. Anda juga akan belajar bagaimana cara menangani penyakit tersebut agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal.
Budidaya tanaman tebu merupakan salah satu usaha yang menguntungkan karena memiliki beragam manfaat. Contohnya, tebu digunakan sebagai bahan utama gula, sumber energi alternatif, dan juga untuk pupuk alami. Dengan demikian, permintaan untuk tanaman ini selalu ada dan hasil panennya sangat menjanjikan.
Namun, selain prospek yang menarik, tanaman tebu juga cukup mudah terserang penyakit. Hal ini dapat disebabkan oleh Organisme Pengganggu Tumbuhan atau OPT dan berbagai faktor lainnya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi Anda untuk mengenali jenis-jenis penyakit yang dapat menyerang serta cara penanggulangannya. Anda bisa mendapatkan informasi lebih lanjut dalam ulasan berikut ini.
8 Jenis Penyakit pada Tanaman Tebu
Infeksi penyakit pada tanaman tebu oleh OPT atau Organisme Pengganggu Tumbuhan dapat mengakibatkan kerusakan pada tebu, yang dapat berujung pada kegagalan panen. Organisme yang dimaksud terbagi menjadi dua kategori, yaitu parasit dan saprofit. Berikut adalah jenis-jenis penyakit pada tanaman tebu yang dapat Anda ketahui.
1. Penyakit Tanaman Tebu Pokkahbung
Penyebab dari penyakit ini adalah jenis jamur yang dikenal sebagai fusarium monoliforme. Penyakit pokkahbung pada tanaman tebu (gibberella moniliformis) adalah sebuah penyakit yang bersifat lokal dan menyerang tanaman tebu.

Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan hasil antara 10 hingga 38 persen pada varietas POJ 2878. Di musim hujan, penyakit ini cenderung meningkat. Namun, saat ini, penyakit ini juga tetap muncul selama masa pertumbuhan baik pada periode basah maupun kering.
Gejala penyakit pokkahbung pada tanaman tebu ditandai dengan munculnya bintik-bintik klorosis di bagian daun, terutama di dekat pangkalnya. Selain itu, terdapat tanda lain berupa bentuk daun yang tidak sempurna sehingga daun tidak dapat membuka dengan baik.
Hal ini menimbulkan pembusukan yang kemudian menyebabkan bau yang tidak sedap. Jika penyakit ini berlanjut, tanaman tebu bisa mati. Gejala spesifik dari penyakit pokkahbung dapat dikelompokkan menjadi tiga level, yang biasanya disebut sebagai pb1, pb2, dan pb3. Pada pb1 atau fase klorosis, gejala yang tampak adalah adanya klorosis di daun.
Jika penyebarannya semakin parah, pb1 dapat menyerang daun yang masih tertutup. Akibatnya, daun-daun tersebut mengalami kerusakan dan tidak dapat membuka dengan baik.
Sementara itu, pada pb2 atau fase akut, serangan terjadi pada ujung batang muda yang menimbulkan garis berwarna merah kecoklatan. Bila semakin meluas, akan terbentuk rongga-rongga bersekat melintang yang menyerupai tangga.
Gejala ini terus menyebabkan gangguan atau stagnasi dalam pertumbuhan tanaman, sehingga batang yang terinfeksi pb2 akan melengkung. Selanjutnya, pada pb3 atau fase potongan pisau, serangan terjadi di titik tumbuh yang akhirnya mengarah pada kebusukan tanaman.
Kebusukan pada ujung tunas akan mengeluarkan aroma tidak menyenangkan. Pada fase ini, akan terlihat satu atau lebih goresan melintang pada kulit atau batang tebu. Jaringan akan terlihat seolah-olah terpotong dengan pisau yang tajam. Pb3 ini dapat membuat tanaman akhirnya mati.
2. Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Yang kedua adalah penyakit blendok yang menyerang tanaman tebu saat berusia 1,5 hingga 2 bulan. Ciri-cirinya terlihat dari bagian batang yang menunjukkan perubahan warna dari kuning menjadi merah tua, serta titik tumbuh dan tunas tebu yang juga berwarna merah.
Namun, tanda-tanda penyakit blendok ini akan hilang jika terjadi hujan. Anda dapat mencegah penyakit blendok dengan mendesinfeksi pisau yang digunakan untuk memotong dengan cairan lisol.
3. Penyakit Mosaik
Umumnya, penyakit mosaik yang menyerang tanaman tebu berkaitan dengan empat jenis penyakit yang disebabkan oleh beberapa virus. Berikut adalah rinciannya:
- Mild mosaic, disebabkan oleh Sugarcane mild mosaic virus (SCMMV),
- Streak mosaic, disebabkan oleh Sugarcane streak mosaic virus (SCSMV),
- Striate mosaic, disebabkan oleh Sugarcane striate mosaic-asssocaited virus (SCSMaV),
- Mosaic, disebabkan oleh Sugarcane mosaic virus (SCMV) dan sorghum mosaic virus (SrMV).
Penyakit mosaik pada tebu atau dikenal juga dengan marmor sacchari holmes, memiliki sepuluh varian virus yang berbeda dalam tingkat virulensinya. Selain menyerang tebu, virus ini juga dapat menginfeksi jagung, gelagah, sorghum, dan beberapa tanaman lainnya.

Gejala dari penyakit mosaik ini dapat dikenali melalui pola mosaik yang bergaris serta bercak berwarna hijau muda hingga kekuningan. Itulah sebabnya penyakit ini dikenal sebagai penyakit mosaik.
Penyakit ini dapat menyebar melalui bibit yang diambil dengan cara stek, oleh kutu putih (aphis maydis), dan kutu daun pada jagung (rophalosiphum maydis). Menariknya, aphis sacchari atau kutu tebu, tidak turut menyebarkan virus mosaik loh!
4. Penyakit Luka Api (Smut)
Penyakit luka api yang disebabkan oleh U. scitaminea Sydow merupakan salah satu masalah yang serius. Penularan penyakit ini terjadi dengan cepat karena spora U. scitaminea yang terbawa oleh angin dan menyebar.
Di samping itu, penyebaran juga dapat terjadi akibat hujan serta peralatan pertanian yang terkontaminasi. Infeksi dari U. scitaminea akan menyerang mata tunas, baik yang sudah tumbuh maupun yang masih berbentuk bibit bagal.
Penyakit luka api ini dapat berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman tebu. Selain itu, penyakit ini juga mengurangi kualitas dan hasil panen tebu. Gejala dari penyakit luka api ditandai dengan adanya infeksi dan tampaknya cambuk berwarna hitam pada pucuk tebu atau di bagian paling atas tanaman.
5. Penyakit Pembuluh
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri clavibacter xylisubs xyli. Tebu yang terinfeksi akan mengalami pertumbuhan yang tidak optimal, terutama pada tanaman keprasan yang biasanya menjadi kerdil.
Gejala lain yang khas dari penyakit pembuluh ini adalah munculnya warna oranye kemerahan pada jaringan pembuluh saat tebu mendekati masa panen. Oleh karena itu, sebaiknya para petani dapat mengenali keberadaan penyakit ini seawal mungkin.
Para petani dapat mencegah penyakit pembuluh dengan cara yang sama seperti mencegah penyakit blendok. Yaitu dengan melakukan desinfeksi pada alat pemotong atau pisau lainnya menggunakan larutan lisol dengan konsentrasi 20%.
Petani juga dapat menanam dengan menggunakan bibit yang sehat dan steril. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan merendam bibit tebu dalam air panas pada suhu 50 derajat Celsius selama 2 hingga 3 jam agar menjadi steril.
6. Penyakit Ratoon Stunting (Leifsonia xyli subsp. xyli)
Pertama kali dikenal di Australia pada tahun 1944, Penyakit Ratoon Stunting ini menyerang tanaman tebu keprasan. Di Indonesia, penyakit ini ditemukan di Pabrik Gula Purwodadi, Madiun pada tahun 1960.
Penyakit Ratoon Stunting menunjukkan tanda-tanda berupa pertumbuhan tebu yang terhambat, terutama pada keprasan kedua. Ketika batang tebu dipotong menjadi dua, pembuluhnya akan menunjukkan warna oranye kemerahan. Ini terjadi karena pembuluh kayu terhalang oleh blendok.
Gejala ini semakin jelas terlihat saat tebu sudah matang. Batang tebu yang terinfeksi biasanya memiliki kandungan pati lebih tinggi dibandingkan dengan batang tebu yang sehat. Keadaan ini akan semakin parah jika lahan tempat penanaman kurang subur.
7. Penyakit Bercak Kuning

Saudara dapat mengenali tanda-tanda penyakit ini dari bercak berwarna kuning yang agak pudar, yang kemudian dengan cepat berubah menjadi kuning cerah. Namun, pada daun yang lebih tua, bercak tersebut akan bertransformasi menjadi warna merah darah yang kotor.
Penyakit bercak kuning ini disebabkan oleh jamur cercospora kopkei. Penyakit ini dapat menyebar melalui angin dan kondisi lingkungan yang lembab, yang mendukung pertumbuhan konidia jamur. Jenis tebu serta iklim menjadi faktor penentu kepekaan tebu terhadap penyakit ini.
Kehadiran penyakit ini menyebabkan kerugian dalam bentuk penurunan produksi gula. Upaya yang bisa saudara lakukan untuk mengatasi penyakit ini adalah dengan membakar sisa-sisa daun tebu setelah melakukan panen.
8. Penyakit Karat
Akhirnya, penyakit karat dapat dikenali dengan munculnya garis-garis berwarna cokelat sempit dan pendek pada daun yang mirip dengan karat. Penyakit ini menghambat proses fotosintesis pada tanaman, sehingga produksi gula bisa berkurang. Cendawan puccinia kuehni (kruger) butler adalah penyebab dari penyakit karat ini.
Sementara itu, penularannya terjadi melalui angin dan area yang memiliki kelembaban tinggi. Untuk mengendalikan penyakit ini, langkah yang bisa diambil adalah memilih varietas tebu yang tahan terhadap penyakit karat.
Pengendalian Penyakit pada Tanaman Budidaya Tebu
Sebelumnya, setiap penjelasan mengenai penyakit pada tanaman tebu telah mencakup beberapa cara pengendaliannya. Agar anda dapat mengambil tindakan yang lebih efektif, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diikuti:
- Memilih tempat yang tepat untuk budidaya tebu.
- Melakukan pemilihan dan memastikan varietas tebu yang tahan terhadap penyakit.
- Melaksanakan proses sterilisasi pada tanaman tebu sebelum menanam.
- Memberikan pupuk organik untuk meningkatkan daya tahan tanaman tebu.
Jika sebelumnya anda telah menggunakan pupuk kimia untuk tanaman tebu, penting untuk menyadari bahwa penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dapat merusak tanah. Kerusakan tanah ini akan mengubah area tanam yang awalnya subur menjadi tidak subur.
Oleh karena itu, lebih baik jika anda beralih ke penggunaan pupuk organik. Selain membantu menjaga kesuburan tanah, pupuk organik juga memiliki banyak manfaat, terutama dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit.