Bawang merah cocok ditanam di dataran rendah hingga tinggi antara 0 hingga 1000 mdpl. Ketinggian optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah antara 0 sampai 450 mdpl.
Bawang merah sensitif terhadap curah hujan, hujan lebat, dan cuaca berkabut. Tanaman ini memerlukan sinar matahari maksimal (pencahayaan minimal 70%), suhu 25-32°C, dan kelembaban relatif 50-70%.
Langkah Lengkap Menanam Bawang Merah
1. Bibit
Bibit Varietas yang direkomendasikan adalah Kuning, Kramat-1, dan Kramat-2. Bawang merah biasanya diperbanyak dengan menggunakan umbinya sebagai benih atau bibit. Kebutuhan bibit umbi bawang merah berkiar 800-1500 kg per hektar.
Umbi yang cocok untuk dijadikan bibit sebaiknya diambil dari tanaman yang cukup umur, kurang lebih 60 hingga 90 hari setelah tanam (tergantung varietasnya). Umbi harus berukuran sedang (5-10 g). Penampilan umbi bibit harus segar, sehat, bernas (padat, tidak mengkerut), dan cerah (tidak kusam). Umbi bibit disimpan selama 2 sampai 4 bulan setelah dipanen dan siap ditanam ketika tunas sudah mencapai ujung umbi.
2. Persiapan Tanah
Persiapan Tanah Pahan lahan yang kering, tanah dibajak atau dicangkul sedalam 20-30 cm untuk membuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m dan tinggi 25 cm. Sedang untuk panjangnya tergantung pada kondisi lahan.
Pada lahan bekas padi sawah atau bekas ladang tebu, mula-mula dibuat tanah meninggi dengan lebar 1,75 cm, kedalaman alur 50-60 cm, lebar alur 40-50 cm, dan panjang disesuaikan dengan kondisi tanah. Kondisi bedengan mengikuti arah timur-barat.
Tanah kemudian dibiarkan mengering lalu digarap lagi dua atau tiga kali hingga gembur, sebelum melakukan pembedengan lagi dengan rapi. Waktu yang dibutuhkan dimulai dengan menggali parit dan mencangkul tanah (ungkap 1, ungkap 2, cocrok) hingga tanah gembur dan siap ditanami adalah 3-4 minggu. Sisa padi atau tebu yang tertinggal harus dibersihkan karena dapat berfungsi sebagai media tumbuh Fusariumsp.
3. Penanaman dan Pemupukan
a. Budidaya Bawang Merah di Lahan Kering/Tegalan
Pemupukan terdiri atas pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar berupa pupuk kandang sapi (15-20 ton/ha), atau pupuk dari kotoran ayam (5-6 ton/ha), atau kompos (2,5-5 ton/ha), dan pupuk buatan TSP (120-200 kg/ha).
Ini adalah pupuk dasar yang dicampur rata ke dalam tanah dan ditaburkan 1 hingga 3 hari sebelum tanam. Sedangkan pemberian pupuk susulan tersedia dalam bentuk Urea(150-200 kg/ha), ZA (300-500 kg/ha) dan KCl (150-200 kg/ha).
Pemupukan susulan I dilakukan 10-15 hari setelah tanam, dan pemupukan susulan II dilakukan 1 bulan setelah tanam, masing-masing 1/2 dosis.
Bibit siap tanam dirompes, namun ujung bibit dipotong hanya jika bibit bawang merah belum siap tanam (pertumbuhan tunas bawang merah 80%). Tujuan pemotongan benih bawang merah adalah untuk mematahkan masa dormansi dan mendorong pertumbuhan tunas tanaman.
b. Budidaya Bawang Merah di Lahan Sawah (Bekas Tanaman Padi)
Pemupukan dengan pupuk dasar dan pupuk kimia TSP (90kg P2O5/ha) sebagai pupuk susulan, aplikasikan 1 sampai 3 hari sebelumnya dan aduk rata dengan tanaman.
Pemberian pupuk susulan berupa 180 kg N/ha (1/2 N urea + 1/2 N ZA) dan K2O (50-100 kg/ha). Pemupukan susulan I dilakukan 10-15 hari setelah tanam, dan pemupukan susulan II dilakukan 1 bulan setelah tanam, masing-masing 1/2 dosis.
Bibit yang siap tanam dirompes, dan ujung bibit dipotong hanya jika bibit bawang merah sudah siap ditanam (80% pertumbuhan tunas di dalam umbi). Tujuan pemotongan benih bawang merah adalah untuk mematahkan masa dormansi dan mendorong pertumbuhan tunas tanaman.
4. Perawatan
Penanaman di bekas sawah memerlukan pengairan yang cukup di bawah terik matahari. Pada musim kemarau, mulai dari tanam hingga panen, penyiraman biasanya dilakukan sehari sekali pada pagi atau sore hari. Untuk menyiram saat musim hujan cukup membilas daun tanaman dari tanah yang menempel pada daun bawang merah.
Pertumbuhan gulma pada bawang merah yang masih muda, sampai umur dua minggu, terjadi sangat cepat. Oleh karena itu, penyiangan sangat penting dan sangat efektif dalam mengurangi persaingan dengan gulma.
5. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Tiga belas jenis hama dan penyakit diketahui menyerang tanaman bawang merah, antara lain Liriomyza chinensis, Thripstabaci, Alternaria porii, Fusarium sp., antraknos dan lain-lain. Kehilangan hasil akibat serangan hama berkisar 26-32%.
Pengendalian dengan menggunakan Teknologi Pengendalian HamaTerpadu (PHT), yaitu:
- Pengelolaan budaya teknis mencakup pemupukan berimbang, penggunaan varietas tahan hama dan penggunaan musuh alami (parasit, predator, dan serangga patogen).
- Pengendalian mekanis, khususnya pemangkasan atau pemotongan daun yang sakit dan kumpulan telur Spodopteraexigua, serta penggunaan kelambu dan berbagai jenis perangkap (feromon seks, perangkap kuning, perangkap lampu, dll).
- Penggunaan bio–pestisida.
- Penggunaan pestisida secara selektif berdasarkan ambang batas pengendalian. Pengelolaan pestisida harus dilakukan dengan benar, meliputi pemilihan spesies, dosis, volume semprot, cara pengaplikasian, interval pengaplikasian, dan waktu pengaplikasian.
6. Pemanenan dan Pasca Panen
Pemanenan dan Pascapanen Bawang merah dapat dipanen segera setelah sudah dewasa, biasanya setelah 60 hingga 70 hari. Bawang merah dipanen bila muncul tanda-tanda berupa leher batang empuk 60%, tanaman tumbang, dan daun menguning.
Produksi umbi kering mencapai 6 hingga 25 ton/ha. Untuk mencegah serangan penyakit busuk daun selama penyimpanan di dalam gudang, pemanenan sebaiknya dilakukan pada tanah kering dan cuaca cerah.
Untuk kemudahan penanganan, bawang merah yang sudah dipanen diikatkan pada batangnya. Umbi kemudian dijemur dibawah sinar matahari langsung sampai cukup kering (1-2 minggu) kemudian dikelompokkan berdasarkan kualitasnya.
Anda juga bisa mengeringkannya di pengering khusus (oven) hingga kadar airnya sekitar 80%. Jika umbi bawang merah tidak segera dijual maka disimpan dalam tandan gantung bawang merah di gudang khusus dengan suhu 25-30°C dan kelembaban relatif rendah yaitu 60-80%.