Tungro adalah penyakit yang disebabkan oleh koinfeksi dua jenis virus yang berbeda. Kedua virus tersebut adalah virus Rice Tungro Spherical Virus (RTSV) dan Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV).
Sebenarnya penyakit ini dapat ditularkan oleh berbagai jenis serangga, namun tanaman yang paling cepat menular dan menyebar adalah wereng. Prevalensi tungro saat ini sangat dipengaruhi oleh populasi wereng hijau.
Sementara itu, semakin padat dan tersebar luas populasi wereng hijau, semakin luas pula penyebaran penyakitnya. Dengan kata lain, penyakit tungro dan wereng sebenarnya terus terjadi. Untuk mengatasi penyakit ini, perlu dilakukan pemusnahan wereng hijau.
Pesatnya peningkatan prevalensi tungro tidak hanya disebabkan oleh padatnya populasi wereng. Penyakit ini dapat menjadi lebih parah dan ganas karena adanya inokulum Tungro atau faktor lainnya. Misalnya, tanaman padi yang sudah terinfeksi virus tungro yang sudah terlanjur ditanam, gulma, singgang, atau yang lainnya.
Penyebabnya juga terletak pada tindakan petani itu sendiri saat menanam padi. Misalnya pemilihan benih padi kualitas rendah yang mudah terserang penyakit, budidaya padi yang tidak teratur, bahkan pengaruh musim, terutama musim hujan yang lembab.
Jika kita tidak segera mengambil tindakan pencegahan, serangan wereng hijau biru bisa dipastikan akan semakin meningkat.
Serangan Wereng Hijau
Serangan terhadap Green Hopper Selama puncak tahap anakan dan pembungaan padi, populasi wereng hijau meningkat. Dalam kondisi ini, jumlah wereng meningkat dan dapat terinfeksi tungrovirus dengan cepat dan ganas.
Selain itu, kepadatan wereng tertinggi terjadi pada pertengahan musim tanam padi, sekitar delapan minggu setelah benih padi disemai. Para petani harus sangat waspada dan segera bersiap menghadapi kerusakan jika tidak ingin tanaman padi mereka dirusak oleh Tungro.
Gejala pada Tanaman Padi :
Tanaman padi yang terserang penyakit Tungro menunjukkan beberapa gejala yang khas, antara lain:
- Perubahan warna daun muda tanaman padi dari kuning menjadi jingga.
- Daunnya juga kelihatan melintir.
- Tanaman padi menjadi kerdil karena ruas dan jarak antar buku menjadi pendek.
- Jumlah tanaman padi muda dan bibit padi mengalami penurunan yang signifikan karena rentan terhadap serangan Tungrovirus.
- Jika butiran dibiarkan saja, bentuknya akan berubah dan jumlahnya pasti berkurang.
Tungro menyerang padi sejak umur bibit hingga 90 hari setelah tanam. Para petani kini dapat menentukan apakah padi yang mereka tanam terinfeksi Tungrovirus.
Ketika tanaman padi berumur 14 hari setelah tanam, gejala serangan Tungro terlihat pada 5 rumpun dari sekitar 10.000 rumpun tanaman. Jika tidak, saat padi berumur 21 hari setelah tanam padi, ditemukan sekitar 1.000 rumpun yang menunjukkan gejala penyakit tungro.
Demi keamanan, seluruh rumpun tanaman yang terinfeksi Tungrovirus segera dicabut, dipisahkan dari rumpun tanaman lain dan dimusnahkan. Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah virus penyakit menyebar dan menginfeksi tanaman padi lainnya.
Cara Mengendalikan Populasi Wereng Hijau
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan populasi wereng hijau sekaligus mencegah penyebaran Tungrovirus. Yaitu sebagai berikut:
- Sekaligus menanam padi di lahan minimal 25 hektar.
- Mohon rencanakan musim tanam padi Anda secermat mungkin. Saat puncak kepadatan wereng hijau tiba, diperkirakan padi harus sudah ditanam lebih dari 45 hari, yang merupakan umur dimana padi tidak rentan terhadap penyakit tungro.
- Pilih varietas padi berkualitas tinggi yang tidak mudah terserang wereng hijau dan virus tungro.
- Terapkan pemupukan berimbang sesuai dosis yang direkomendasikan oleh otoritas pertanian terkait.
- Membasmi virus tungro dan tempat tumbuhnya seperti singgang, gulma, dan bibit tanaman yang terserang.
- Gunakan pestisida dengan aman dan sesuai dosis yang dianjurkan pada tahap sebelum pensemaian.
- Pemantau hama dengan melakukan observasi intensif terhadap tanaman padi dengan dibantu oleh petugas pengamat hama dan penyakit – pengendali organisme pengganggu tanaman (PHP – POPT).
- Sosialisasi dan pelatihan kepada petani umum melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).