Ganoderma merupakan jamur tanah yang awalnya banyak menyerang tanaman hutan, tetapi belakangan ini juga sering menyerang tanaman perkebunan, terutama kelapa sawit.

Spora jamur ini mampu bertahan dalam keadaan tidak aktif selama bertahun-tahun di dalam tanah. Ketika terjadi ketidakseimbangan mikroflora dan lingkungan yang mendukung, spora ini akan menjadi lebih dominan dan aktif.

Maka, penting bagi Anda untuk memahami cara yang tepat untuk mengatasi penyakit ganoderma agar pencegahannya dapat dilakukan secara efektif.

Tentu saja, Anda juga perlu mengetahui beberapa faktor yang menjadi penyebab penyakit ini, serta bagaimana melakukan pencegahan secara organik yang akan meningkatkan hasil dari kelapa sawit. Silakan simak penjelasan lebih lanjut di bawah ini, pastikan untuk membacanya sampai selesai.

Morfologi Ganoderma

Ganoderma boninense merupakan organisme eukariot yang termasuk dalam kategori jamur sejati yang memiliki tubuh buah. Dinding sel jamur ini terbuat dari kitin dan tidak mengandung klorofil. Ini adalah jenis jamur yang biasanya ditemukan di tanah, berfungsi sebagai saprofit serta parasit pada berbagai jenis tumbuhan.

Sebagai agen penyakit, jamur ini bisa menimbulkan masalah seperti busuk akar dan busuk pangkal batang pada tanaman hutan serta pohon-pohon kelapa sawit.

Tubuh buah Ganoderma bisa memiliki diameter hingga 30 cm. Bagian atas tubuh buah berwarna cokelat dengan tepi yang tampak putih kekuningan. Ketika sudah matang, permukaan tubuh buahnya bersinar. Sedangkan bagian bawahnya berwarna putih kusam dan memiliki pori-pori di mana basidium spora terbentuk.

Spora dari jamur ini dapat bertahan di dalam tanah dalam kondisi dorman selama bertahun-tahun. Letak spora tersebut saling berdekatan, saling menutupi, dan terhubung, sehingga membentuk kumpulan yang besar.

Taksonomi Ganoderma

Menurut Agrios (1996), jamur yang menjadi penyebab Busuk Pangkal Batang pada kelapa sawit ini termasuk ke dalam:

  • Kingdom: Fungi
  • Phyllum: Basidiomycota
  • Class: Basidiomycetes
  • Subclass: Agaricomycetidae
  • Ordo: Polyporales
  • Family: Ganodermataceae
  • Genus: Ganoderma
  • Species: Ganoderma boninense

Kenali Tanda dan Ciri-ciri Ganoderma

Karena spora jamur ini dapat bertahan selama bertahun-tahun dengan periode inkubasi yang panjang, gejala dari serangan jamur ini sering kali sulit untuk diidentifikasi pada tahap awal.

Pada awalnya, penyakit ini hanya menginfeksi tanaman kelapa sawit yang sudah masuk generasi kedua dan seterusnya, tetapi saat ini bahkan sudah menyerang tanaman muda di generasi pertama dan juga di tempat pembibitan.

Ciri-ciri serangan jamur ini pada tanaman muda yang bisa dilihat dari luar adalah munculnya daun yang menguning di satu sisi, adanya bercak, serta bentuk daun yang lebih pendek yang disertai dengan nekrosis (Singh, 1991). Secara keseluruhan, warna daun terlihat pucat dan kusam, pertumbuhan tanaman melambat, dan daun berbentuk tombak tidak membuka.

Ciri-ciri serangan pada tanaman dewasa hampir serupa dan bisa dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

Stadium I

Daun terlihat menguning, kusam, tanpa kilau, tampak layu seolah mengalami kekurangan air, dan terdapat kerusakan jaringan pada daun yang dimulai dari pelepah yang paling tua. Apabila pelepah di bagian atas lebih kecil daripada pelepah daun di bawahnya, ini merupakan indikasi awal dari serangan jamur tersebut.

Stadium II

Tanda-tanda di tahap I terus menyebar dan terlihat miselium serat putih di bagian dasar batang serta di akar sekelilingnya. Tanda-tanda kematian jaringan semakin meluas hingga mencapai pucuk daun yang paling muda.

Stadium III

Miselium berevolusi menjadi struktur batang jamur yang terlihat di dasar batang, daun tombak yang tidak terbuka memiliki ≥3 pelepah di bagian atas tanaman, serta pelepah ke 4, 5, dan 6 yang patah dan menggantung (sengkleh).

Stadium IV

Bagian dasar dan akar tanaman mengalami kerusakan yang parah sehingga mudah tumbang. Di fase ini, tanaman sudah tidak dapat diselamatkan dan peluang untuk menyebar ke tanaman lain di sekitarnya sangat tinggi.

Penyebaran Penyakit Ganoderma Pada Kelapa Sawit

Penyakit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense ini telah menjangkau berbagai belahan dunia. Jamur ini awalnya ada di alam, tumbuh dengan baik pada tumbuhan di hutan dan kelompok palm.

Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh jamur ini dapat terjadi melalui:

A. Kontak Langsung Dengan Akar yang Terinfeksi

Tipe penularan ini sering terjadi pada tanaman yang sudah dewasa di mana daun dan akar tanaman saling bersentuhan. Hal ini juga umum terjadi pada tanaman yang berbatasan langsung dengan area hutan (pringgan).

B. Penyebaran Melalui Spora

Spora adalah sarana reproduksi dari jamur ganoderma boninense. Satu organisme Ganoderma bisa menghasilkan jutaan spora yang dapat menyebar melalui media seperti udara, air, tanah, dan juga serangga.

C. Penyebaran Innokulum Sekunder

Innokulum spora ganoderma diperoleh dari tumbuhan yang telah terpapar infeksi dan telah mati. Semakin lama umur tumbuhan yang sudah mati, maka jumlah sumber populasi innokulum yang ada akan semakin meningkat.

Cara Pencegahan dan Pengendalian Ganoderma

Lebih baik melakukan pencegahan daripada mengobati, tampaknya ungkapan ini sangat relevan untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense.

Karena sulitnya mendeteksi sejak dini, penyakit ini menjadi sangat menantang untuk dikontrol. Jika sudah muncul gejala yang terlihat, biasanya sudah berada pada tahap yang serius sehingga sulit untuk diobati.

Kami telah merangkum beberapa poin penting mengenai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ganoderma. Pencegahan dan pengelolaan ganoderma bisa dilaksanakan secara menyeluruh dan terintegrasi melalui:

  1. Cara pembudidayaan yang efektif sesuai dengan Prosedur Operasional Standar (SOP), dimulai dari tahap persiapan lahan, pemilihan benih, penanaman, dan perawatan yang optimal.
  2. Melakukan survei pohon secara berkala untuk mendeteksi serangan penyakit ganoderma sejak awal dan memberikan penanganan yang tepat.
  3. Penggunaan agens hayati. Agens hayati yang umum digunakan saat ini adalah Trichoderma spp dan Gliocladium spp. Namun, kedua agens hayati ini masih belum menunjukkan hasil yang berarti.